Memilih Obat Batuk yang Tepat Bagi Balita

Memilih Obat Batuk yang Tepat Bagi Balita

Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) merekomendasikan madu sebagai pengobatan batuk pada anak dengan infeksi saluran pernapasan atas.

Batuk merupakan suatu refleks terhadap iritasi, inflamasi, atau radang di saluran pernafasan. Batuk sendiri bukanlah suatu penyakit, melainkan suatu gejala atau tanda-tanda yang menandakan adanya suatu penyakit. Penyebab batuk bervariasi, mulai dari ringan sampai berat, dari infeksi virus, infeksi bakteri, asma, kelainan saluran nafas, ataupun karena faktor psikis. Tim Ahli Nuticlub akan memberikan infromasi seputar panduan memilih obat batuk yang tepat bagi balita dalam atikel berikut.

 

Batuk dan Gejala Penyakit Flu

Sebanyak enam dari delapan anak terkena infeksi saluran nafas tiap tahunnya. Sebagian besar penyebab infeksi saluran nafas ini adalah flu yang sederhana, dan dapat sembuh dengan sendirinya dengan durasi sakit rata-rata antara 7-9 hari.

Flu yang ditandai dengan gejala seperti bersin-bersin, hidung berlendir, demam atau batuk merupakan keadaan yang sering ditemukan pada si Kecil. Biasanya, hal ini diakibatkan oleh infeksi virus yang dapat sembuh sendiri (self limited disease). Menurut American Association Pediatrics (AAP), si Kecil yang sehat dapat mengalami 8 episode infeksi saluran napas dalam setahun dimana hampir semua gejala tersebut hilang dalam 14 hari.

 

Seringkali, batuk berpotensi menimbulkan stress, baik pada si Kecil maupun anggota keluarga yang lain terutama orang tua. Adanya obat batuk yang dijual bebas di pasaran dikhawatirkan akan berdampak buruk pada si Kecil apabila tidak berhati-hati saat membeli tanpa resep dokter yang jelas.

 

Waspada dalam Memilih Obat Batuk untuk Si Kecil

Ketika menghadapi si Kecil yang terkena flu, tindakan yang paling sering dilakukan biasanya dengan segera memberikan obat-obatan atau membawanya ke dokter. Padahal, gejala flu, batuk dan pilek tidak selalu membutuhkan obat-obatan. Pada tahun 2012, Cochrane Journal menyatakan bahwa tidak ada bukti efektivitas obat obatan flu yang dijual bebas pada anak-anak.

Pusat pencegahan dan pengendalian penyakit (CDC) di Amerika melaporkan 1.519 anak usia kurang dari dua tahun dirawat di UGD terkait masalah penggunaan obat batuk bebas. 2

Faktor yang berhubungan dengan efek samping obat bebas tersebut:

  • Pemberian pada usia dibawah dua tahun
  • Penggunaan obat agar anak cepat tidur
  • Penggunaan yang rutin berhari-hari
  • Penggunaan dua macam obat yang mempunyai komposisi yang sama
  • Kekeliruan identifikasi obat dan dosisnya
  • Penggunaan obat yang seharusnya hanya diberikan untuk orang dewasa

 

Ibu disarankan agar lebih berhati-hati dalam memberikan obat-obatan bebas untuk mengatasi flu, batuk dan pilek, karena seringkali tidak aman dikonsumsi si Kecil. Apalagi untuk anak di bawah usia 2 tahun.

Komposisi Obat Batuk Sesuai Kegunaannya

Komposisi obat batuk bebas umumnya terdiri dari anti alergi (anti histamine), pengeluar dahak (expectorant), pengencer dahak (mucolytic), pelega hidung (decongestant), dan pereda batuk (antitussive)

  1. Antitusif/obat pereda batuk. (dextromethorphan, codeine1

    Pada kebanyakan anak, obat pereda batuk jarang diperlukan untuk menghilangkan batuk, karena batuk merupakan salah satu refleks untuk mengeluarkan dahak yang mengumpul di saluran nafas. Bila si Kecil terlihat lelah karena batuk, atau kesulitan tidur karena batuknya, obat penurun batuk baru bisa menimbulkan efek yang menguntungkan.

    Efek samping obat pereda batuk yang mengandung dextromethorphan adalah pusing dan kehilangan keseimbangan. Sedangkan obat pereda batuk yang mengandung codein, biasanya menimbulkan efek sulit buang air besar, mual, berdebar. kadang pusing, dan rasa kantuk dalam dosis yang lebih besar. Oleh karena itu codeine tidak dianjurkan pada bayi maupun balita.

  2. Antihistamine/anti alergi (diphenhydramine, brompheniramine, dan chlorpheniramine)

    Obat ini efektif untuk mengurangi pilek yang disebabkan oleh karena alergi. Penggunaan obat batuk tersebut tidak langsung meredakan batuk, namun hanya mengurangi sekret/lender dari hidung ke tenggorokan. Efek samping kandungan antihistamine adalah rasa kantuk, rasa kering di hidung maupun di tenggorokan.

  3. Expectorant / pengeluar dahak (bromhexin, N-acetylcystein, dan potassium iodide1

    Obat ini bekerja dengan cara meningkatkan sekresi mucus di saluran nafas agar dahak mudah dikeluarkan saat batuk. Biasanya obat jenis ini diberikan pada pasien yang merasa dahak sulit dikeluarkan saat batuk. Salah satu contoh obat ini adalah guaifenesin. Efek samping yang terjadi dalam dosis besar adalah mual/muntah karena iritasi mukosa di lambung. Sedangkan untuk expectorant jenis iodide, dapat menimbulkan efek samping berupa ruam-ruam, atau sekresi kelenjar yang berlebih (kelenjari liur, airmata, atau kelenjar di saluran nafas)

  4. Mucolitik (bromhexine, N-acetylcysteine1

    Obat Batuk mukolitik bekerja dengan cara mengurangi kekentalan dahak dalam saluran nafas. Efek samping obat golongan mukolitik ini jarang ditemukan, yaitu berupa gangguan pencernaan, hingga mual / muntah.

  5. Dekongestan (pseudoepherine, phenylephrine.) 1

    Walaupun termasuk golongan obat pilek, obat ini sering dikombinasikan dengan obat batuk. Dekongestan bekerja dengan cara merangsang saraf simpatis, sehingga terjadi pengecilan pembuluh darah di hidung, pelebaran saluran nafas. Efek samping obat dapat berupa jantung berdebar, hingga sulit tidur karena rangsangan saraf simpatis di jantung dan di saraf pusat. Efek samping yang berat dapat terjadi dengan adanya peningkatan tekanan darah dan kejang. Karena resiko efek samping diatas, obat ini tidak disarankan pada bayi ataupun balita.

 

Terapi dan Cara Mengatasi Batuk

Untuk mengatasi batuk, pilek dan gejala flu, ada beberapa cara yang dapat dilakukan. Semua pengobatan ini dapat dilakukan oleh Ibu di rumah dan aman bagi si Kecil. Dengan pengobatan ini, setidaknya Ibu dapat meringankan gejala yang muncul sehingga membuat ia merasa lebih nyaman.

Beberapa terapi batuk pada si Kecil di rumah3,6, :

  • Asupan cairan

    Berikan minuman yang cukup dan dapat menjaga si Kecil agar tetap terhidrasi dan membantu melunakan sekresi mucus di saluran nafas.

  • Terapi uap

    Terapi uap dengan normal saline (cairan infus) disarankan pada bayi atau anak usia kuang dari 2 tahun, dengan mekanisme menipiskan lendir di saluran nafas.

  • Madu

    Madu sangat aman digunakan untuk anak usia 1 tahun keatas, terutama pada batuk saat malam hari. Madu mempunyai manfaat anti oksidant serta anti mikroba alami. Pilihlah madu yang terjamin baik kualitasnya.

 

Penelitian terakhir mengungkapkan bahwa mengonsumsi madu dapat melegakan tenggorokan dan membantu menjinakkan batuk. Penelitian tersebut menyatakan bahwa madu lebih efektif dibandingkan konsumsi obat-obatan plasebo dan terapi Desktrometorphan dalam mengontrol batuk pada anak dengan infeksi saluran pernapasan atas.

Kesimpulan tersebut bedasarkan penelitan yang dipublikasikan Jurnal Pediatrics. Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) pun telah merekomendasikan madu sebagai pengobatan batuk pada anak dengan infeksi saluran pernapasan atas. 6,7,8

Bila batuk pada si Kecil berlangsung lebih dari 2-3 minggu, sebaiknya perlu membawa si Kecil ke dokter. Dikhawatirkan masalah lain seperti tuberkulosis, asma dan pertusis dapat menjadi penyebab batuk si Kecil. Selain itu, Ibu juga harus selalu waspada saat terjadi napas yang cepat, kesulitan bernapas, tarikan dinding dada bagian bawah ke dalam, atau kondisi dimana si Kecil tidak mau menyusu atau minum.

Upaya pencegahan penularan batuk tebaik adalah dengan memberikan ASI eksklusif, menghindari kontak dengan orang flu, menggunakan masker bagi yang flu, mencuci tangan, membuang tisu bekas di tempat sampah dan istirahat cukup. Dengan mengetahui manfaat dan efek samping obat batuk diatas, Ibu diharapkan dapat memilih obat batuk bebas pada anak sesuai dengan manfaat yang diinginkan tanpa menimbulkan efek samping yang serius. Harus diingat, obat batuk bebas sudah diberi label oleh FDA tidak aman dikonsumsi untuk anak dibawah 2 tahun. Penyebab batuk dapat bervariasi antara penyakit ringan sampai berat, jadi tidak ada salahnya membawa anak ke dokter untuk memastikan penyebab batuk tersebut.

 

Ditulis oleh: dr. Ronald Pascal Kelejan

Review oleh: dr. Vicka, Sp.A

 

Daftar Pustaka

  1. Sung Valerie, Cranswick Noel. Cough and cold remedies for children. Aust Prescr 2009;32:122-4
  2. Goldman RD. Treating cough and cold: Guidance for caregivers of children and youth Paediatric Child Health. 2011;16(9):564-6
  3. Cough and Cold remedies for the treatment of acute respiratory infections in young children. WHO 2001.
  4. Papas DE, Edwards MS, Torchia MM. Patient information: The common cold in children (Beyond the Basics)
  5. Lokker, Nicole et all. Parental Misinterpretations of Over-the-Counter Pediatric Cough and Cold Medication Labels. Pediatrics. 2009 June ; 123(6): 1464-1471. doi:10.1542/peds.2008-0854.
  6. OTC Cough and Cold Products: Not For Infants and Children Under 2 Years of Age
  7. Perawatan Anak Sakit dalam Buku Kesehatan Ibu dan Anak, Depkes RI
  8. Batuk atau Pilek dalam Buku Saku Pelayanan Kesehatan Anak di RS, WHO Indonesia 2009
  9. Paul IM. Et al, Effect of Honey, Dextromethorphan, and No Treatment on Nocturnal Cough and Sleep Quality for Coughing Children and Their Parents, Arch Pediatr Adolesc Med. 2007;161(12):1140-1146

Related Posts

Komentar